A. Alkana
Senyawa hidrokarbon jenuh dengan ikatan tunggal dapat diprediksi
dengan baik, mengingat setiap atom karbon memiliki kemampuan mengikat 4
atom lain. Sehingga senyawa alkana yang dibentuk memiliki pola yang
khas. Jumlah atom H yang diikat sangat tergantung dengan jumlah atom C
yang berikatan. Atas dasar ini dapat dibentuk deret CnH2n+2, dan dikenal
dengan senyawa Alkana dan dapat kita susun dari nilai n = 1 sampai
dengan n = ∞. Beberapa senyawa alkana disajikan pada Tabel di bawah ini.
Untuk menuliskan rumus bangun dilakukan dengan menuliskan bagian awal dan bagian akhir adalah CH
3, dan diantaranya dituliskan dengan CH
2. Sehingga kita dapat menuliskan rumus bangun senyawa C4H10.
Pada senyawa C
4H
10 terdapat dua atom C yang
berposisi di awal dan di akhir dan hanya tersisa dua atom yang terletak
diantaranya, sehingga kita dapat tuliskan strukturnya (H
3C–CH
2–CH
2–CH
3)
dan untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar di bawah ini.. Penggambaran
Rumus bangun juga dapat dilakukan dengan memperhatikan bentuk
tetrahedral dari atom karbon, sehingga bentuk rantai tidak lurus.
* Penamaan Alkana
Penamaan senyawa alkana dimulai dengan menyebutkan posisi gugus
cabang dalam sebuah rantai utama. Penyebutan rantai utama utama ini
didasari pada nama dari rantai karbon yang terpanjang. Untuk lebih
mudahnya kita perhatikan rumus bangun senyawa pada Gambar di bawah ini.
Dari gambar tampak kotak hijau merupakan penunjuk rantai utama dengan
jumlah atom karbon sebanyak lima buah, sehingga rantai utama senyawa
adalah pentana. Dalam rantai utama, setiap atom karbon diberi nomor
untuk menandai posisi atom Karbon pada rantai utamanya, penomoran dapat
dimulai dari kiri kekanan (perhatikan nomor dengan warna hijau gelap).
Cabang merupakan gugus yang berada dalam sebuah rantai utama, pada
Gambar di atas terdapat dua buah gugus (–CH
3) yang berposisi
pada atom C nomor 2 dan 4 dari rantai utama pentana. Dalam kasus di atas
gugus pada cabang merupakan turunan dari senyawa CH
4 yang
kehilangan salah satu atom H – nya. Penamaan secara umum gugus cabang
yang berasal dari alkana, dilakukan dengan mengubah alkana menjadi
alkil. Sehingga dalam kasus ini metana diubah menjadi metil. Nama yang
tepat untuk senyawa di atas adalah 2,4 – dimetil pentana. 2,4 menunjukan
posisi gugus cabang, kata di pada gugus cabang menunjukan ada 2 buah
gugus cabang yaitu metil dan pentana merupakan rantai utama senyawa.
Perhatikan tahap dalam penamaan gugus dan cabang dari senyawa ini
seperti pada Gambar di bawah ini. Senyawa – senyawa alkana dapat
bereaksi dengan senyawa halogen, dari reaksi ini akan dihasilkan senyawa
haloalkana.
Haloalkana adalah senyawa alkana yang salah satu atom hidrogen
digantikan oleh atom halogen, seperti atom klor, fluor, iod dan brom.
Beberapa contoh senyawa halokana seperti pada Gambar berikut ini.
Senyawa haloalkana banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari, saat
ini senyawa – senyawa tersebut lebih dikenal dengan kloroflorokarbon
(CFCs), pemanfaatannya pada air condition (AC ) dan kulkas, hairspray
dan polimer plastik seperti teflon. Senyawa ini sangat berbahaya karena
dapat merusak ozon yang berada pada lapisan stratosfir. Reaksi
terbongkarnya ozon oleh senyawa kloroflorokarbon sebagai berikut ;Di
ruang angkasa khususnya lapisan stratosfir CFCs akan terpecah menjadi
persenyawaan yang tidak stabil atau radikal bebas, karena adanya sinar
ultraviolet (UV) dari matahari. Radikal bebas yang terbentuk selanjutnya
bereaksi dengan ozon dan mengubahnya menjadi gas Oksigen dan ClO.
Molekul ClO yang dihasilkan tidak stabil dan berubah kembali menjadi
radikal bebas. Reaksi ini berjalan secara terus menerus dan akhirnya
dapat merusak ozon di strathosfir. Reaksi perusakan lapisan ozon pada
strathosfir dapat dilihat pada Bagan di bawah ini.
B. Alkena
Senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua antar atom
Karbonnya, dan juga mengikat atom Hidrogen. Jumlah atom Hidrogen
merupakan fungsi dari atom Karbonnya, dan mengikuti persamaan: CnH2n
dimana n adalah jumlah atom C. Senyawa pertama alkena adalah etena atau
lebih populer etilena dan merupakan induk deret homolog alkena, hingga
deret ini juga disebut dengan deret etilena. Contoh senyawa etilena dan
merupakan kerangka deret homolog etilena ditunjukan pada Gambar berikut
ini.
Molekul deret alkena dicirikan oleh adanya sebuah ikatan rangkap yang
menghubungkan dua atom karbon yang berdekatan. Beberapa anggota pertama
deret ini dicantumkan dalam Tabel berikut ini.
* Penamaan Alkena
Penamaan alkena adalah sama dengan penamaan alkana, tetapi akhiran
–ana pada alkana digantikan dengan akhiran –ena. Penamaan dimulai dengan
penetapan rantai utama, yaitu rantai karbon terpanjang yang mengandung
ikatan ganda dua. Penetapan gugus cabang, yaitu molekul lain sebagai
pengganti atom Hidrogen. Selanjutnya memberikan nomor awal atau nomor 1
(satu) pada atom C yang memiliki ikatan rangkap dan semakin menjauh dari
ikatan rangkap tersebut. Memberikan nomor rantai cabang dan menamakan
gugus sesuai dengan abjad. Akhirnya nama alkena dapat ditetapkan yaitu
dengan menyebutkan nomor dan gugus cabang dilanjutkan dengan menyebutkan
rantai utamanya sesuai dengan jumlah atom C dan mengganti akhiran –ana
menjadi –ena. Jika jumlah ikatan rangkap lebih dari satu buah,
digunakan awalan
diena untuk dua ikatan rangkap, dan
triena untuk jumlah ikatan rangkap sebanyak tiga buah (lihat Bagan berikut ini).
Perhatikan Bagan di bawah ini, merupakan contoh penamaan untuk alkena rantai lurus dan alkena yang memiliki gugus cabang.
C. Alkuna
Alkuna adalah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap tiga.
Senyawa paling sederhana dari alkuna adalah asetilena dengan rumus
bangun
dan rumus molekul C
2H
2, lihat Gambar berikut ini.
Rumus umum untuk senyawa alkuna (CnH2n–2). Asetilena adalah induk
deret homolog alkuna, maka deret ini juga disebut deret asetilena.
Pembuatan gas asetilena telah dikenal sejak lama dengan dengan
mereaksikan kalsium karbida dengan air.
Dalam
skala kecil, reaksi ini akan memberikan nyala asetilena untuk lampu
karbida. Dulu pekerja tambang menggunakan lampu semacam ini; banyaknya
gas yang dihasilkan diatur dengan mengendalikan laju air yang diteteskan
ke dalam tempat reaksi. Metode komersial yang baru untuk membuat
asetilena adalah dengan memanaskan metana dan homolog – homolognya pada
temperatur tinggi dengan menambahkan suatu katalis.
* Tata Nama Alkuna
Penamaan alkuna sama dengan penamaan pada alkana, tetapi akhiran –ana
pada alkana digantikan dengan akhiran –una. Langkah – langkah:
1. Menetapkan rantai utama, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai
ikatan rangkap tiga. Dilanjutkan dengan memberi namanya yang berasal
alkananya dengan mengganti akhirannya dengan una.
2. Menetapkan posisi ikatan rangkap tiga pada rantai utama yang ditunjukkan dengan angka.
3. C nomor 1 adalah C ujung yang terdekat dengan ikatan rangkap.
Untuk mempermudah mari kita lihat Gambar berikut ini, cara panamaan
untuk senyawa :
*Sifat-sifat alkuna
Sifat fisika alkuna secara umum mirip dengan alkana dan alkena, seperti :
1. Tidak larut dalam air
2. Alkuna dengan jumlah atom C sedikit berwujud gas, dengan jumlah
atom C sedang berwujud cair, dan dengan jumlah atom C banyak berwujud
padat.
3. Berupa gas tak berwarna dan baunya khas
4. mudah teroksidasi atau mudah meledak.
Titik didih beberapa senyawa alkuna disajikan pada Tabel di bawah ini.
Alkuna sebagai hidrokakbon tak jenuh, memiliki sifat menyerupai
alkena tetapi lebih reaktif. Reaktiftas alkuna disebabkan karena
terbongkarnya ikatan rangkap tiga dan membentuk senyawa baru. Atas dasar
ini maka reaksi alkuna umumnya reaksi adisi. Contoh reaksi adisi alkuna
dengan gas halogen, seperti gas bromine (Br
2), klorine (Cl
2) dan iodine (I
2).
Reaksi-Reaksi Senyawa Hidrokarbon
1.Reaksi subsitusi
Pada reaksi substitusi, atom atau gugus
atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh atom atau gugus
atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa yang
jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal), tetapi
dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Contoh:
Halogenasi hidrokarbon (penggantian atom H oleh halogen)
2. Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang
mempunyai ikatan rangkap dua atau rangkap tiga,senyawa
alkena atau senyaw alkuna, termasuk ikatan rangkap karbon dengan atom
lain,
Dalam reaksi adisi, molekul senyawa yang
mempunyai ikatan rangkap menyerap atom atau gugus atom sehingga ikatan
rangkap berubah menjadi ikatan tunggal.
Untuk alkena atau alkuna, bila jumlah atom H pada kedua atom C ikatan
rangkap berbeda, maka arah adisi ditentukan oleh kaidah Markovnikov,
yaitu atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak atom H-nya
(“yang kaya semakin kaya”).
Contoh:
3. Reaksi Eliminasi
Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa
berikatan tunggal berubah menjadi senyawa berikatan rangkap dengan
melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi merupakan kebalikan dari adisi.
Contoh:
Eliminasi air (dehidrasi) dari alkohol. Apabila dipanaskan dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 1800C, alkohol dapat mengalami dehidrasi membentuk alkena.
4. Reaksi Oksidasi
Apabila senyawa alkana dibakar
menggunakan oksigen, senyawa yang dihasilkan ialah karbon dioksida dan
air. Reaksi tersebut dikenal dengan reaksi oksidasi atau pembakaran.
Sebagai contoh:
C2H6 + 3,5 O2————–> 2CO2 + 3H2O